
Rabu, 02 November 2022 Pukul 06.00 WIB, kami bersiap pamit pada keluarga dirumah untuk berangkat bertugas dengan berpelukan dan ciuman hangat dari si puteri kecil dan doa dari istri serta keluarga yang menghantarkan semangat kami menuju bandara Jakarta. Di dampingi oleh Hasan (staff admin) dari lembaga dan Pak Mulyadi (driver BARZAH). Alhamdulillah perjalanan berlansung lancar tanpa adanya hambatan, hanya sesekali kami berhenti untuk membeli sarapan pagi dipinggir jalan, pukul 07.30 WIB kami sampai di Bandara Soekarno Hatta. Hanya cukup antrian cek-in dan menuju ruang tunggu. Tidak lama setelah itu kami diarahkan masuk pesawat dan tepat pukul 08.55 WIB kami terbang menuju Bengkulu dan alhamdulillaah penerbangan pun berlangsung lancar. Pukul 09.50 WIB kami mendarat di Bandara Fatmawati Sukarno Bengkulu. Di pintu kedatangan kami di sambut oleh Dr. Asnaini, MA. Beliau adalah dosen sekaligus Ketua Prodi S3 Studi Islam Pascasarjana UIN fatmawati Sukarno Bengkulu dan juga ketua Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU (YKMNU) Provinsi Bangkulu. Yayasan inilah yang menaungi Dompet Dhuafa cabang Provinsi Bengkulu. Tidak berlangsung lama sampailah kami dipenginapan terdekat.
Sesampainya ditempat penginapan, Tidak lupa saya mengabarkan kepada Afifah puteri tercinta dan mamah nya dirumah. Setelah shalat zuhur dan makan siang tepat pukul 13.00 WIB, kami bersama tim langsung meluncur menuju target pertama di masjid Jami’ Nurul Hidayah Desa Jenggalu, Kec. Sukaraja, Kab. Seluma. Tiba dimasjid tersebut terlihat peserta dari kalangan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang sudah cukup pengalaman sebagai Amil jenazah di lingkungan nya masing-masing. Semangat mereka begitu terasa saat sesi ruang tanya jawab kami buka. Ya benar saja banyak sekali tradisi pengurusan jenazah yang seakan-mereka anggap sebagai Syar’i. Bahkan ada yang sangat mencolok perbedaan dalam hal pemakaman di sebagian wilayah daerah ini adalah ketika jenazah dimakamkan, sebagian besar mereka menggunakan adzan yang sama seperti pada umum nya pemakaman kebanyakan umat islam di Indonesia, tapi unik nya lafadz iqomah nya ada yang berbeda, lafadz Hayya ala sholaah di ganti dengan lafadz hayya ala qiyaamah. Seketika saya reflek tertawa, untuk pertama kalinya saya baru dengar peristiwa ini. Sampe saat ini saya belum dapat rujukan kitab dari ulama yang menuliskan tekstual tersebut.
Kamis, 03 November 2022 adalah hari kedua kami memberikan materi pelatihan barzah, khusus hari ini memang sangat padat karena pukul 08.00 WIB acara pelatihan sudah di mulai di tempat masjid Besar Ar-Rahman Sukarami Kecamatan Pagar dewa Kota Bengkulu. Di tempat ini kedua peserta terlihat sangat berimbang jumlah nya antara pria dan wanita nya, kebanyakan mereka adalah petugas masjid dan petugas yang sudah aktif di lingkungan. Beberapa dari mereka saya lihat adalah tokoh di lingkungan setempat. Tepat pukul 12.00 kami selesai dan berlanjjt le titik berikut nya di masjid Al- Mukhlisin Tembangsari Kecamatan Talang Empat di kota Benteng (Bengkulu Tengah). Pukul 13.40 WIB materi di mulai setelah pembukaan acara oleh beberapa tokoh dari Muslimat NU yang hadir. Masuk waktu asar kami pun istirahat untuk shalat asar dan berlanjut untuk sulasi. Tepat pukul 17.30 WIB kami pun selesai sesi foto bersama dan beberapa dari mereka meminta foto secara pribadi. Cukup menguras tenaga karena di tempat ke tiga ini banyak sekali pertanyaan yang di diskusikan. Alhamdulillah semua terjawab dan terselesaikan.
Jumat, 04 November Pukul 08.45 WIB, kami hadir memberikan motivasi kepada relawan Dompet Dhuafa Cabang Bengkulu berjumlah 15 orang mereka adalah mahasiswa UIN Fatmawati Bengkulu. Mahasiswa yang berlatar belakang dari berbagai jurusan program studi ini rata-rata tingkat akhir yang memiliki jiwa sosial tinggi dan Dompet Dhuafa lah sebagai lahan mereka menambatkan jiwa sosial nya. Semangat menebar berkah dan menabur kebaikan yang kami gelorakan agar mereka terfokus mengembangkan jiwa nya di bidang sosial. Pukul 09.50 WIB, tim Barzah merapat ke Bandara Fatmawati Bengkulu untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Enggano pulau terluar yang ada di Provinsi Bengkulu. Perjalanan kami dikawal oleh dua orang ibu-ibu hebat. Beliau adalah Ibu Yunida Een Afriyanti selaku pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Provinsi Bengkulu dan Dr. Asnaini Ketua Yayasan KMNU Bengkulu, kedua nya adalah Dosen tetap di UIN Fatmawati Bengkulu. Penerbangan dari Bengkulu ke pulau Enggano di tempuh selama kurang lebih 50 Menit penerbangan dengan menggunakan pesawat Susi Air. Hal ini karena hanya pesawat Susi Air yang menjadi maskapai satu-satu nya pesawat berukuran kecil dengan daya tampug penumpang hanya 12 orang. Perasaan ketar-ketir pun berlangsung saat memilih pesawat Susi Air sebagai moda transportasi menuju Pulang Enggano karena tidak biasa naik pesawat berukuran kecil dan membayangkan rasa nya guncangan yang disebabkan oleh hempasan angin. Tapi memang rasa nya tidak ada pilihan lain, karena moda transportasi lain yang ada hanya kapal laut yang berlayar 2 kali dalam semingu dengan waktu tempuh 13 jam pelayaran. Cukup sangat melelahkan. Dan sering kali gagal berangkat karena cuaca buruk dan gelombang air laut yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan perairan Bengkulu langsung berbatasan dengan laut lepas samudera. Alhasil kami pun sepakat menggunakan Susi Air. Proses timbang bagasi dan berat badan sudah di lakukan saat boarding tepat pukul 11.30 WIB. Pesawat Susi Air akhinya take off. Terasa jantung langsung berdebar saat take off dan lepas landas karena guncangan sangat terasa. Maklumlah untuk momen pertama kali menjadi penumpang pesawat kecil ini. Tapi kami kembali tenang setelah melihat dua pilot yang masih muda itu sesekali mengarahkan padangan mereka kearah kami dengan senyum menyapa dengan suara ramah, karena tidak ada batas antara ruang penumpang dengan pilot. Jadi kita bisa komunikasi dengan kapten pilot nya. Tepat pukul 12.10 WIB Pesawat baling-baling yang ada diujung moncong ini terbang mulus dan mendarat di Bandara Enggano yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Ignasius Jonan Menteri Perhubungan RI saat itu. Lega dan gembira melihat kultur pantai yang begitu indah dan hutan yang begitu rimbun.
Lelah kami hilang dan semangat pun datang turun dari pesawat di iringi ucapan terimakasih dan senyum ramah oleh kapten pilot. Sesampainya di sana kami jemput oleh seorang lelaki muda berseragam dinas perhubungan yamg berdiri diluar bandara, mas Desta nama nya, warga asli enggano keturunan Tangerang. Istri beliau Sulastri adalah seorang sarjana S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Bengkulu. Selain sebagai staff keuangan Puskesmas Kecamatan Enggano, ia juga di tetapkan sebagai relawan Dompet Dhuafa Cabang Provinsi Bengkulu untuk di pulau Enggano. Dengan menggunakan kendaraan roda empat kami tempuh Kurang lebih 50 menit menuju penginapan di desa Meok. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju penginapan kami di suguhkan pemandangan hamparan perkebunan warga yang subur dan kebanyakan di tanami pisang jenis kepok, jengkol, petai, melinjo, coklat, dan mangga. Pukul 13.50 WIB kami tiba di penginapan, dimana kebanyakan penginapan nya tidak memiliki fasilitas AC dan kamar mandi pun diluar, bangunan nya terbuat dari kayu atau triplek, memang begitu semua jenis bangunan di sana. Istirahat tidur nyenyak sampailah pada sore hari menjelang Maghrib. Di pulau ini listrik sangat terbatas sekali hanya 12 jam menyala, dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB dan pukul 17.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Selebih nya bagi fasilitas umum seperti gereja, masjid dan kantor pemerintahan menggunakan aki atau genset. Sejak jumat sore hingga sabtu pagi hujan deras beberapa kali turun mengguyur. Suasana panas dan gerah pun hilang berganti sejuk, hingga kami bangun dari tidur pukul 04.15 WIB.
Sabtu, 05 November 2022. Pagi yang masih di payungi oleh cuaca mendung tebal dan beberapa kali hujan lebat dan ringan mengajak kami lahap menyantap sarapan pagi di penginapan. Agenda pagi ini adalah pelatihan Barzah yang pertama dilakukan di Balai Kecamatan Enggano, 55 orang peserta hadir dari perwakilan petugas amil jenazah dari setiap Desa. Pukul 09.00 WIB kami tiba di balai Kecamatan yang berlokasi ditengah Desa Apoho. Sambil menunggu peserta lain yang datang karena terkendala hujan, kami berbincang dengan MUI Kecamatan Enggano yang hadir terkait kebutuhan dakwah yang begitu luar biasa di pulau ini. Usai penyampaian sambutan dari pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Provinsi BengkuluTetap pukul 10.15 WIB. Pelatihan di buka langsung oleh Bapak Susanto selaku Kepala Kecamatan Pulau Enggano. Dalam kata sambutannya Susanto mengapresiasi yang setinggi-tinggi nya kepada Yayasan Dompet Dhuafa yang telah hadir memberikan program pelatihan yang sangat di butuhkan oleh umat Islam khususnya di Pulau Enggano. Sehingga kegiatan hari ini adalah pertama, sebelum ada MUI Kab. Bengkulu Utara yang rencana nya memberikan pelatihan pemulasaran jenazah untuk umat Islam di Pulau Enggano, tapi sejak dua tahun lalu sampai hari ini tidak terlaksana, tandasnya. Selain itu hadir pula kepala KUA, Kapolsek dan Ketua MUI Kecamatan Enggano dalam pelatihan ini. Hingga pukul 12.00 WIB penyampaian materi kami istirahat kan untuk istirahat sholat dan makan seiring itu pula pasokan listrik padam. Pukul 13.00 WIB. Pelatihan kami lanjutkan dengan simulasi memandikan dan mengkafani jenazah. Waktu pelatihan menjadi memanjang karena banyak nya pertanyaan yang di ajukan oleh para peserta yang hadir, mereka bertanya apakah boleh seorang non muslim ikut memandikan jenazah orang tua nya yang muslim dan sebalik nya. Ya, pertanyaan ini di beberapa titik di Pulau Enggano kerap di sampaikan, pasal nya memang penduduk pulau ini hampir berimbang antara muslim dan nasrani. Masuk waktu adzan asar pelatihan pun selesai. Dan kami bergeser menuju ke masjid besar yang ada di Desa Malakoni sesuai arahan Ust. H. Maryadi Ketua KUA Pulau Enggano, setelah sholat asar kami pun di ajak nya makan bersama di warung dekat dengan dermaga kapal perintis. Makanan tamu spesial pun di sajikan nya untuk kami, daging burung bergam nama nya, di sana memang banyak sekali burung bergam dan di buru oleh warga dengan cara di tembak untuk di konsumsi daging nya. Cuaca masih terus hujan rintik menjelang maghrib. Kami pun kembali ke penginapan untuk istirahat sekalian evaluasi dan persiapan agenda berikut nya di esok hari.
Minggu, 06 November 2022 Pukul 09.00 WIB kami kembali meluncur ke masjid Al-Gufron yang berada di Desa Apoho, untuk mengisi kajian yang sudah di agendakan. Cuaca masih saja seperti kemarin hujan namun kali ini hujan nya terbilang ringan hingga membuat malas sebagian jamaah untuk hadir. Pengajian kali ini adalah membahas mengenai materi Fiqih Thaharah (bersuci). Jamaah yang hadir jauh-jauh hari berpesan kepada panitia agar pengajian ahad pagi membahas tentang bersuci khusus nya bersuci dari najis, pembahasan ini menjadi fokus karena di wilayah ini banyak sekali anjing yang bebas berkeliaran. Sehingga cukup mengganggu kenyamanan saat ibadah yang mana harus suci dari najis. Dalam kajian di masjid Al-Gufron ini kembali hadir ketua MUI dan beberapa imam masjid dari desa-desa lain yang berdekatan. Dalam kajian ini benar- benar harus menyesuaikan jawaban kits tentang Fiqih yang sesuai dengan keadaan lingkungan nya. Kami pun membahas bahwa najis itu terbagi tiga ada najis berat, sedang dan ringan. Najis berat diantara nya adalah najis sebab air liur anjing dan babi. Adapun cara membersihkan nya adalah dengan menghilangkan bentuk najis nya, lalu siramkan dengan air 7 kali basuhan dan salah satu diantara nya harus dengan tanah.Namun demikan meskipun anjing itu adalah hewan yang mengandung najis berat tetapi sepanjang hewan tersebut tidak membahayakan maka kita di larang melukai apalagi menyakiti nya. Itu adalah makhluk Allah yang di tentukan sebagai hewan yang mengandung najis, sedangkan kita sebagai umat Islam sudah di berikan kemudahan berupa cara untuk membersihkan najis anjing yang tergolong berat itu. Namun demikian kita juga berhak membatasi pergerakan hewan tersebut dengan cara memasang pagar pada rumah atau memasang batas agar tidak mudah keluar masuk hewan tersebut kerumah kita atau ke tempat ibadah kita, karena nanti akan mengganggu kenyamanan dalam beribadah. Dengan demikian kebersamaan kita sebagai umat beragama tetap terjaga. Alhamdulillah jamaah yang hadir sangat menerima kajian hari ahad tersebut.Tepat pukul 12.00 WIB kajian kami tutup dengan shalat zuhur berjamaah di lanjutkan dengan makan siang bersama. Pukul 14.00 WIB kami kembali ke penginapan sambil diskusi terkait proses kepulangan ke Bengkulu. Dalam diskusi kami berempat cukup alot karena pesawat Susi Air yang menjadi andalan masih kurang begitu yakin, kabar nya apakah bisa kami ikut atau tidak, pasal nya hari selasa jadwal penerbangan yang sudah di tentukan itu tiket pesawat sudah di booking oleh rombongan Gubernur yang akan hadir untuk acara peresmian jalan. Di Enggano sedangkan kapal yang berlayar menuju ke Bengkulu belum bisa di pastikan karena faktor cuaca dan gelombang di samudera yang belum menentu, kalaupun akan memakan waktu 13 jam pelayaran dan sangat menguras energi. Agenda kami tinggal sehari lagi yaitu di masjid Al-Jihad Desa Banjarsari. Sedangkan pada hari Rbu lusa pukul 14.00 WIB, kami harus sudah terjadwal pelatihan Barzah di masjid Al-Majid Lampung Utara, 4 jam dari Kota Bandar Lampung. Ideal nya memang dari Bengkulu kami naik pesawat kembali ke Jakarta lalu dari Jakarta bisa naik pesawat ke lampung atau naik darat. Tapi semua masih meragukan tergantung tiket pesawat Susi Air. Alhamdulillah mbak Lastri yang merupakan relawan lokal Dompet Dhuafa Cabang Bengkulu dan suami beliau Desta merupakan salah satu pegawai Bandara Enggano mengupayakan untuk membantu kami mendapatkan 4 tiket untuk kembali ke Bengkulu. Kami merasa lega setelah beliau sempat menyatakan aman dan sudah di pesan meski kami masih was -was karena tiket belum berada di tangan.
Senin 07 November 2022 pukul 09.15 WIB kami bergerak menuju Desa Banjarsari ujung Pulau Enggano. Tepat nya di masjid Al-Jihad. Sesampai nya kami di lokasi pukul 09.50 WIB terlihat jamaah sudah memenuhi ruangan masjid. Pelatihan berjalan lancar sampai pukul 14.00 WIB dengan berbagai macam pertanyaan dan diskusi hangat antara kami dan para peserta yang hadir. Usai pelatihan kami lanjutkan perjalanan ke Desa Kaana dan Kahyafu dengan memakan jarak tempuh sekitar 2 jam dari Desa Banjarsari. Desa Banjarsari, Kaana dan Kahyafu adalah tiga desa yang penduduk nya mayoritas muslim. Pukul 15.50 WIB kami tiba di desa Kaana, sore itu mulai terlihat ramai anak-anak memenuhi Madrasah untuk mengaji. Desa Kaana adalah desa yang mayoritas penduduk nya muslim karena banyak nya pendatang dari berbagai wilayah. Mampir sejenak di masjid untuk sholat asar lalu kami melanjutkan perjalanan menuju pesantren satu-satu nya yang ada di pulau Enggano yaitu pesantren yang ada di desa Kaana. Santrinya hanya ada 14 orang putera dan puteri dengan tingkat pendidikan SMP. Belum banyak yang minat nampak nya untuk masuk pesantren bagi anak-anak di Enggano. Usai mampir ke pesantren kami melanjutkan perjalanan ke Desa kahyafu yaitu ujung timur dari pulau Enggano disinilah terdapat dermaga kapal cepat untuk wisatawan mengelilingi pulau Enggano, dan ada juga dermaga kapal Ferry untuk mengangkut warga dari dan ke Kota Bengkulu. Ada banyak perahu nelayan yang terlihat bersandar di pinggir dermaga. Menjelang waktu maghrib kami kembali ke penginapan sambil melaju arah pulang kami pun mampir kerumah Ustadz Maryadi (Kepala KUA) Kecamatan Enggano, shalat maghrib dan berbincang panjang dirumah beliau. Mulai dari kondisi umat Islam dan peluang dan hambatan nya yang luar biasa di wilayah ini. Dari banyak nya suami istri yang belum memiliki surat nikah, angka hami diluar nikah yang mengakibatkan pernikahan dini dan lain-lain. Ada banyak upaya yang ingin sekali kami luncurkan program yang dapat membangun masyarakat Enģgano.
Selasa 08 November 2022 pukul 09.30 WIB kami bersiap kembali ke Bengkulu untuk selanjut nya bertandang ke Lampung. Hari selasa itu adalah hari yang membuat kami bingung mau kemana. Karena jadwal take off dan landing pesawat belum jelas sehingga kami belum berani pesan tiket pesawat berikut nya, khawatir sudah terbeli tapi tidak terkejar, akhir tiket pesawat yang kami pesan terhitung hangus. Akhirnya kami di antar dan di temani oleh mbak Sulastri relawan Dompet Dhuafa di Pulau Enggano, sesampainya dibandara kami berbincang terkait program lanjutan yang bisa di berikan oleh pihak Dompet Dhuafa Cabang Provinsi Bengkulu. Obrolan kami begitu hangat sehingga rasa berat semakin terasa meninggalkan Enggano yang ramah penduduk nya dan indah pantai nya, dan juga rimbun hutan nya. Tak terasa waktu pukul 12.20 WIB, Susi Air pun mendarat dengan membawa 12 penumpang yang seluruh nya adalah rombongan Gubernur untuk persiapan acara di Pulau kecil nan indah ini. Sesaat setelah semua penumpang turun kami pun diarahkan untuk masuk pesawat oleh petugas, dan 10 menit kemudian pesawat take off menuju Bengkulu. Selamat tinggal Enggano….
Perjalanan selama 45 menit penerbangan kami pun mendarat kembali di Bandara Fatmawati Bengkulu. Terlihat ada dua pesawat Boeing dari maskapai Batik Air dan Super Jet. Namun kedua nya sudah bersiap- siap take off, rasa nya tidak mungkin kami ikut terbang untuk kembali ke Jakarta. Dan tidak ada lagi pesawat di hari itu. Harus menunggu esok pagi yang terbang ke Jakarta, tapi itu pun tiket nya sudah terjual semua. Sedangkan pada hari Rabu, 09 November pukul 14.00 WIB, kami sudah harus memberi materi pelatihan di Lampung utara. Alhamdulillaah Allah memberi kemudahan, tanda-tanda itu kami dapat melihat di rute pesawat Susi Air yang tertera di depan ruang pilot bahwa rute pesawat itu sampai ke Bandar Lampung. Namun harus melalui 4 kali transit di bandara kecil yang di lintasi, dari Bengkulu ke Pagar Alam ke Palembang ke Waykanan dan ke Bandar Lampung. Saya pun sepakat memilih melanjutkan penerbangan dengan pesawat Susi Air dengan target mendarat di Bandara Raden Intan Bandar Lampung pukul 17.00 WIB. Perjuangan dua orang pengawal kami Pak Hasan dan IBu Een yang luar biasa untuk mendapatkan tiket Susi Air yang hanya ada sisa waktu 10 menit untuk segera take off kembali menuju Pagar Alam,Sumatera Selatan. Dan hasil nya alhamdulillah tiket pun saya dapat dan langsung menaiki pesawat yang sudah siap take off dari Bengkulu menuju Pagar Alam. Pukul 13.45 WIB, pesawat Susi Air pun take off menuju Pagar Alam, Sumatera Selatan dengan ketinggian jelajah 9.000 kaki dan 50 menit waktu tempuh. Kali ini penumpang hanya dua orang, saya dan satu wanita muda yang berparas cantik, kami berdua duduk di kursi paling belakang sesuai arahan kapten pilot, perjalanan masih terbilang sedikit menggoda. Beberapa kali terlihat pusat putar arah karena menghindari gumpalan awan tebal dan bertemu lah kami dengan cuaca cukup ekstrim hujan lebat yang mengguyur pesawat kami tak lama setelah itu pesawat pun mendarat dengan baik. Lega rasa nya bisa lolos dari cuaca mendung dan selamat mendarat di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Pukul 14.55 WIB pesawat kembali take off menuju Palembang dengan membawa 4 penumpang tambahan baru, total ada 5 orang penumpang. Penerbangan melintasi lahan sawit dan persawahan sesekali saya melihat dari atas ada tambang batu bara yang sudah membentuk danau luas dan hasil nya di angkut melalui kapal tongkang yang melintasi sungai besar. 50 menit penerbangan lancar tanpa hambatan apapun dan pesawat pun mendarat di Bandara Internasional Palembang.
Pukul 15. 20 WIB Susi Air kembali take off dari Palembang menuju Waykanan Lampung Utara. Penumpang hanya saya sendiri tanpa ada satu pun penumpang lain. Take off sempurnaa dengan gaya manuvernya pesawat kecil, namun penerbangan kami beberapa kali terguncang karena awan tebal dan sempat panik karena duduk sendirian di kursi paling belakang dengan guncangan yang cukup terasa diatas Bandara Waykanan. Awan hitam tebal menyelimuti angkasa hempasan angin yang cukup kencang, sehingga mengganggu kami untuk mendarat. 50 menit berlalu dan akhir nya pesawat pun mendarat sempurna. Pukul 16.30 WIB kami bersiap take off dengan rute penerbangan terakhir menuju Bandar lampung sambil menunggu satu penumpang lain yang sedang proses timbang badan dan barang, kami mencemaskan cuaca dilangit Bandara Waykanan. Terlihat hitam pekat dan tebal memayungi langit, cuaca sangat gelap. Kami mengira penerbangan di tunda, tapi ternyata kapten pilot menyatakan 30 menit waktu tempuh menuju Landar Lampung. Pesawat pun kembali take off dengan melawan hempasan angin di landasan pacu bandara. Hanya dengan bismillah dan shalawat yang bisa saya ucapkan sebagai doa karena panik saat lepas landas sudah terguncang oleh keras nya hempasan angin. Awan putih tebal selalu mendampingi beberapa kali pesawat serasa lompat kalau saja tidak menggunakan sabuk pengaman mungkin kami sudah terlempar karena saking keras nya. Sepanjang 30 menit penerbangan sepanjang itu pula kepanikan dan ketegangan mencekam perasaan kami. Ingin rasa nya memeluk anak dan bersimpuh kepada orang tua, serasa ajal semakin dekat. Hujan deras membasahi badan pesawat yang terus melaju terbang disertai hempasan angin dari bawah dan samping mengguncang badan pesawat, saat itu tak ubah nya kami naik mobil bus yang melaju cepat di jalan rusak parah. 30 menit terlewat kapten pilot menyampaikan beberapa saat lagi kita akan mendarat di bandara Raden Intan, Lampung.. Hati sedikit rasa lega namun cemas belum hilang, karena pesawat kami masih dalam kepungan awan putih dan tebal serta guyuran hujan dengan guncangan yang dapat menggeser posisi duduk kami. Pesawat pun semakin merendah dan cuaca semakin gelap namun semakin terlihat hutan dan dan pemukiman di sekitar bandara. Ya kami pun berhasil menembus awan tebal untuk mendarat. Pukul 17.15 WIB dengan menggunakan pesawat Susi Air yang kami tumpangi dan akhirnya mendarat dengan selamat di Bandar Udara Raden Intan Lampung.
Terimakasih capten pilot yang selalu terlihat santai…
Terimakasih tim PIMCAB Dompet Dhuafa Cabang Bengkulu…
Terimakasih Bapak dan Ibu para Pimpinan Dompet Dhuafa….
Terimakasih teman-teman tim BARZAH. Dan terimakasih Arifah dan Afifah, juga mamah nya. Ini adalah catatan perjalanan dengan terbang menjelajahi Pulau Sumatera.
No responses yet